BAB I
APAKAH
PENDIDIKAN ITU ?
A. Arti
beberapa istilah
Sebelum kita tinjau lebih lanjut apa yang dimaksud
dengan pendidikan, terlebih dahulu perlu dijelaskan tentang dua istilah yang
hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie
artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek
berarti ilmu pendidikan.
Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan
mendidik. Pedagogic berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “
pergaulan dengan anak-anak “. Paedagogos ialah seorang pelayan atau
bujang pada jaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput
anak-anak ke dan dari sekolah.
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak)
dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan paedagogos yang mulanya berarti “ rendah “ (pelayan,
bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan yang mulia. Paedagog (pendidik
atau ahli didik) ialah seorang yang tugasnya membimbing anak dalam
pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.
B. Apa
yang dimaksud dengan Mendidik ?
a.
Mendidik adalah
pengertian yang sangat umum yang meliputi semua tindakan mengenai gejala-gejala
pendidikan. Kebanyakan orang masih menganggap sebelah mata dan mudah dalam hal
mendidik. Kebanyakan orang tua mendidik orang tuanya hanya berdasarkan atas
pengalaman praktisnya saja dengan meniru perbuatan nenek moyangnya yang belum
baik dan benar. Kepandaian dalam mendidik di anggap dengan sendirinya sudah
dimilki oleh setiap orang dari pergaulannya dengan anak-anak. Dalam setiap situasi,
“ intuitif “ akan mendapat sikap dan tindakan yang tepat. Jadi, mereka bekerja
secara “ intuitif “ dan tidak mau mempelajari bagaimana cara mendidik secra
ilmu pengetahuan dan teoritis. Akan tetapi, mendidik berdasarkan
pengalaman-pengalaman (praktik) lebih banyak dan baik hasilnya daripada hanya
berdasarkan pengalaman dan intuisi.
b.
Ada beberapa ahli yang
mengibaratkan pekerjaan mendidik sama halnya dengan pekerjaan tukang kebun
yang memelihara tanaman-tanamannya. Sama halnya dengan seorang pendidik
terhadap anak didiknya yang berusaha membimbing atau memimpin pertumbuhan anak,
baik jasmani maupun rohaninya. Seorang pendidik tidak dapat memaksa pertumbuhan
anak sekehendaknya. Dalam pertumbuhannya, anak berkembang sendiri menurut tempo
dan iramanya. Pendidik hanya dapat memimpin perkembangan anak dengan
mempengaruhinya dari luar. Di sini jelas terlihat bahwa tiap-tiap tindakan
pendidikan terhadap anak didiknya mengandung maksud tertent, ada tujuan yang
hendk dicapai.
c.
Menurut uraian di atas,
pekerjaan seorang pendidik dengan pekerjaan tukang kebun tidak dapat disamakan,
karena pertumbuhan seorang anak tidak dapat disamakan dengan pertumbuhan
tanaman. Tugas seorang pendidik tidak hanya “ membiarkan tumbuh “ anak
didiknya, melainkan berusaha agar anak didiknya tumbuh menjadi manusia yang
lebih baik. Anak atau manusia adalah makhluk yang memiliki kepribadian dan
kesusilaan yang di anggap dapat dan sanggup hidup menurut norma-norma kesusilaan,
dan dapat memilih serta menentukan apa yang akan dilakukan dan menghindari atau
menolak yang tidak disukainya. Setiap anak meskipun berasal dari keluarga yang
sama, tetapi mempunyai watak dan tingkah laku yang berbeda-beda.
C. Mengapa
Anak Harus Dididik ?
a.
Dari uraian di atas,
sangat jelas bahwa pertumbuhan seorang anak tidak dapat disamakan secara mutlak
dengan pertumbuan tanaman. Dari pemahaman di atas, sehingga timbul
pertanyaan-pertanyaan yang tidak mudah dan tidak cukup hanya di jawab dengan
satu–dua patah kata saja. Sebagai ontoh, dalam dunia hewan sering terjadi
gejala-gejala aneh yang terkadang bertentangan dengan akal sehat, seperti
bagaimana cara induk dalam menjaga anak-anaknya, bagaimana cara anak yang baru
lahir menghindar dari induknya yang pemangsa, atau bagaimana cara induk dalam
mendidik dan mengajari anak-anaknya untuk melakukan keahlian yang juga dimiliki
oleh induknya. Jadi, berdasarkan beberapa contoh di atas dapat diketahui bahwa
binatang juga “ mendidik “ anak-anaknya. Binatang juga memelihara dan mengajar
anak-anaknya sampai dapat berdiri sendiri seperti induknya.
b.
Samakah pendidikan yang
dilakukan oleh binatang dengan peniddikan yang dilakukan oleh manusia ?
Tentu
saja tidak, karena manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan binatang.
Binatang “ mendidik “ anak-anaknya secara instingtif. Kepandaian “ mendidik “
yang ada pada binatang bukan karena dipelajari dari binatang lain, melainkan
kepandaian yang sudah ada pada tiap jenis binatang dan sifatnya tetap. Selain
itu, kemampuan yang dimiliki oleh binatang yang lebih muda sudah ada dalam
pembawaan dan akan berkembang dengan sendirinya tanpa pengaruh dari luar. Dalam
psikologi, belajar yang seperti itu disebut belajar instingtif. Ada beberapa
jenis binatang yang dapat di latih untuk melakukan sesuatu. Tetapi, hasil atau
prestasi itu sifatnya tetap dan tertentu, artinya hanya dalam batas-batas
tertentu insting tersebut dapat di
bentuk atau di ubah. Tindakan yang dilakukan terhadap binatang itu bukanlah “ pendidikan “, melainkan “ dresur “.
c.
Dresur dan pendidikan.
Apakah mendidik itu tidak boleh disamakan dengan tindakan-tindakan menjinakkan,
mendresur, dan melatih binatang. Karena pendidikan juga menggunakan
kecenderungan yang timbul pada masa perkembangan psikis, pendidik mengarahkan nafsu-nafsu
bawaan pada tujuan yang lebih berguna, dan menentukan bentuk-bentuk tindakan
instingtif yan boleh dilakukan. Pada tindakan insting, tidak terdapat
pengertian tentang tujuan akhir dari tindakan tersebut. Lain halnya dengan yang
terdapat dalam situasi pendidikan yang sesungguhnya, pendidik selalu
beranggapan bahwa pada manusia muda terdapat benih-benih pemikiran dengan budi
dan penentuan sendiri tentang baik dan buruk dari tindakannya. Dalam situasi
dresur tidak terdapat kedua ciri tersebut.
d.
Dari uraian di atas,
terlihat jelas bahwa dresur tidak dapat disamakan dengan pendidikan. Dengan
kata lain, “pendidikan“ yang dilakukan terhadap binatang berbeda dengan
pendidikan yang dilakukan terhadap manusia. Dalam beberapa hal memang terdapat
persamaan yang terletak pada pertumbuhan biologisnya, seperti pertumbuhan
jasmaniahnya. Sedangkan pada manusia harus diperhatikan pertumbuhan psikisnya.
Binatang adalah makhluk alam yang tdak memiliki kebudayaan. Manusia adalah
makhluk yang lebih tinggi daripada binatang, memiliki akal dan pikiran, serta
termasuk dalam anggota masyarakat. Dengan adanya budi dan pikiran, manusia
dapat menimbang dan memilih apa yang akan dilakukan dan tidak dilakukan.
Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat berbagai macam golongan, pekerjaan,
maupun berbeda bahasa. Karena perbedaan tersebut, maka pendidika pada manusia
lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Anak harus dididik agar
dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakatnya. Semakin kompleks
struktur masyarakat, maka semakin sulit dan lama dalam menyiapkan diri anak
agar dapat hidup dalam lingkungan masyarakatnya. Dalam proses penyesuaian diri
terhadap masyarakat, anak membuthkan pertolongan, pimpinan dari orang dewasa
terutama orang tuanya.